HOME OPINI DIDAKTIKA

  • Rabu, 5 Juni 2024

Perjalanan Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol Menuju Ingatan Kolektif Dunia 

oponi
oponi

Perjalanan Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol Menuju Ingatan Kolektif Dunia 

(Tulisan Kesatu dari Dua Tulisan)

Pramono

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas & Ketua Manassa Komesariat Sumatera Barat

Dalam dunia pernaskahan Indonesia, pada tanggal 8 Mei 2024, UNESCO kembali mengakui salah satu manuskrip kuno Indonesia, yaitu naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol, sebagai Memory of the World (MoW) untuk wilayah Asia dan Pasifik. Kwibae Kim, pemimpin Komite Regional Memory of the World untuk Asia dan Pasifik (MOWCAP), menyerahkan sertifikat penghargaan tersebut kepada Imam Gunarto, Kepala Arsip Nasional Indonesia. Acara penyerahan ini juga disaksikan oleh Mariana Ginting, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas), di Ulaan Baatar, Mongolia.

Indonesia juga mengusulkan dua warisan dokumenter lainnya bersama dengan naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol yang diusulkan oleh Perpusnas dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Pertama, arsip Indarung Semen Padang yang diusulkan oleh PT Semen Padang. Kedua, arsip tentang Indonesian Sugar Research Institute (1887-1986) yang diusulkan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Jawa Timur serta Balai Penelitian Gula Indonesia. Pengakuan atas ketiga warisan ini tentu saja telah menambah jumlah warisan dokumenter Indonesia yang teregistrasi di UNESCO menjadi 14 warisan dokumenter.

Baik program MOW maupun MOWCAP merupakan program UNESCO yang memiliki tiga tujuan utama; pertama, untuk memfasilitasi preservasi warisan budaya terdokumentasi menggunakan ketentuan yang paling sesuai, termasuk menyediakan bantuan langsung berupa sarana atau tenaga ahli, hingga mencarikan sponsor untuk kegiatan preservasi. Kedua, untuk memfasilitasi akses yang universal terhadap warisan budaya terdokumentasi, termasuk mempermudah akses dengan bentuk digital dan katalog daring, maupun publikasi-publikasi yang berkaitan; tentu dengan menyesuaikan ketentuan hukum dan sensitivitas kebudayaan asal naskah. Ketiga, menciptakan kesadaran yang lebih besar akan eksistensi dan pentingnya warisan budaya terdokumentasi.

Beberapa negara seperti Mesir, Mali, Turki, Uzbekistan, dan Yaman telah merasakan dampak positif terhadap keberadaan program MOW UNESCO. Berbagai proyek pelestarian dan pengembangan naskah-naskah di negara ini terealisasi atas kerja sama dengan program MOW UNESCO. Salah satu agenda dicanangkannya the World Digital Library oleh UNESCO adalah ‘to provide resources for educators, scholars, and general audiences’, yakni menyediakan sumber penelitian bagi para akademisi, peneliti, dan khalayak umum.

 

Pernah Hilang

Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol ini merupakan sumber utama tentang Perang Paderi yang ditulis oleh orang lokal. Naskah yang ditulis oleh Tuanku Imam Bonjol dan putranya yang bernama Naali Sutan Caniago terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama (halaman 1-190) merupakan memoar Tuanku Imam Bonjol; bagian kedua (halaman 191-324) adalah memoar putranya; dan, bagian ketiga (halaman 325–332) berisi notulen dua rapat yang diadakan di dataran tinggi Minangkabau pada 1865 dan 1875.

            Manuskrip asli Tuanku Imam Bonjol pernah hilang selama dua puluh tiga tahun, sejak yang terakhir dipamerkan di Festival Istiqlal pertama di Jakarta pada tahun 1991. Naskah tersebut telah dialihaksarakan oleh Safnir Abu Naim pada tahun 1984, dan kemudian diterbitkan oleh PPIM pada tahun 2004. Sejumlah literatur tentang Tuanku Imam Bonjol sebenarnya berdasarkan manuskrip ini. Begitulah, keberadaan manuskrip asli menjadi perhatian kritis beberapa ilmuwan. Perhatian terhadap hilangnya naskah Tuanku Imam Bonjol menjadi perhatian serius Suryadi dan Jeffrey Hadler. Perjalanan dan kisah pencarian ini ditulis oleh Suryadi (2006), Siapakah Kini yang Menyimpan ‘Naskah Tuanku Imam Bonjol’ yang Asli?” Sriwijaya Post, 3 Juli 2006  (bagian pertama), dan Singgalang, 3 & 6 Desember 2006. Dalam buku Sengketa tiada Putus; Matriarkat, Reformisme Agama, dan Kolonialisme di Minangkabau, Jeffrey Hadler (2010) juga mengisahkan hal ihwal hilangnya naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol. Alasan dibalik kekhawatiran ini adalah bagaimana kita bisa mendasarkan literatur tentang Tuanku Imam Bonjol tanpa sumber terpercaya dari manuskrip aslinya.

Naskah itu sendiri telah dipindahkan dari satu tangan ke tangan yang lain, terbukti dari banyaknya marginalia dalam teks. Tanggapan aktif dari pembaca ini menunjukkan bahwa manuskrip itu digunakan oleh beberapa orang untuk kepentingan ilmiah mereka, dan memosisikan manuskrip itu sebagai sumber penting. Bagi masyarakat Sumatera Barat atau Minangkabau, Imam Bonjol diklaim sebagai pemimpin gerakan reformis dan juga pemimpin masyarakat dalam mempertahankan tanah mereka dari penjajah. Perannya di Sumatera Barat diajarkan di sekolah sehingga setiap warga di daerah dan juga di Indonesia mengenalnya sebagai pahlawan.

Selama masa hilang, tidak ada yang tahu tentang posisi manuskrip Tuanku Imam Bonjol tersebut. Ada beberapa upaya untuk menemukan manuskrip itu untuk tujuan penelitian ilmiah. Akan tetapi, orang terakhir yang bertanggung jawab atas manuskrip tersebut tidak menginformasikan tempat manuskrip tersebut. Naskah tersebut akhirnya ditemukan di Kantor Gubernur Sumatera Barat pada September 2014.

Sekarang, naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol disimpan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Pada saat pertama diserahkan ke dinas ini, naskah dalam kondisi rusak, beberapa lembar lepas dari jilidan dan beberapa halaman naskah berlubang karena korosi tinta. Selanjutnya, pihak Dinas Kearsipan dan Perpustakaan melakukan perawatan dan perbaikan naskah tersebut.

Sayangnya, naskah-naskah peninggalan Tuanku Imam Bonjol lainnya yang masih disimpan oleh ahli warisnya di Bonjol kondisinya sangat mengkhawatirkan. Bahkan, salah satu naskah tidak dapat lagi diselamatkan karena korosi tinta dan “membakar” kertas. Beberapa di antaranya, kertas lembab dan lapuk karena usia. Jika tidak menjadi perhatian serius untuk langkah penyelamatannya, maka tidak menunggu lama naskah-naskah itu akan musnah.   


Tag :#Opini #Didaktika #Minangsatu

Baca Juga Informasi Terbaru MinangSatu di Google News

Ingin Mendapatkan Update Berita Terkini, Ayu Bergabung di Channel Minangsatu.com